Nazam Sunyi
Menazamkan sunyi
ke geliat kata-kata terangsang api
kebencian
Padamlah seketika
epitaf-epitaf penuh caci
kembali ke estetika seni
sesungguhnya
serupa Rendra membacakan
suarasuara nurani
ke hadap kelaliman di mata
Aksara bunga
elok rupawan kelopaknya
namun menyimpan seribu duri
yang diam-diam menikam
alam bawah sadar
ah, aku tiba-tiba ingin
turun ke jalan-jalan
membawa keranda dan kafan
untuk mereka yang telah menjadi
bangkai
agar mereka tersentak
serta tersadar dari puncak
tempat mereka berpijak
dari kepongahan sumbang
serta agar hujan dan kemarau
berdansa bersama
di ketika musim panen
petani-petani desa
namun ingin tinggallah mimpi
selalu mati di ujung pedang takbir
seiring suria terjaga
maka tumbuhlah benih-benih
baru, serupa mekarnya cendawan
di kayu-kayu malang melintang
di terjang banjir bandang
sunyi tinggallah sendiri
meraut kata kembali
bila bencana kembali
datang